Jangan Buru-buru Beli Smartphone 5G di Indonesia

Ilustrasi. (Pexels/Lisa Fotios)

Tahun ini teknologi jaringan seluler generasi kelima atau 5G sudah bisa digunakan secara komersial di Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris. Teknologi yang diklaim sebagai kunci era Internet of Things (IoT) ini mampu menghadirkan akses internet super cepat dan tanpa jeda. Kemajuan ini kemudian mendorong beberapa vendor ponsel dunia merilis smartphone yang mendukung jaringan 5G.

Seperti dikutip dari Kompas.com, vendor ponsel yang telah menjual smartphone 5G pada 2019 termasuk Samsung (Galaxy S10 5G), Xiaomi (Mi Mix 3 5G), Huawei (Mate 20 X), dan Oppo (Oppo Reno 5G). Vendor lain memastikan akan segera menyusul dengan produk ponsel 5G masing-maing, seperti LG (LG V50 ThinQ 5G), Huawei (Mate X), OnePlus (OnePlus 7 Pro), dan ZTE (ZTE Axon 10).

Beberapa smartphone 5G yang telah disebutkan tadi, juga telah hadir di Indonesia melalui situs e-commerce. Terlepas dijual secara resmi atau tidak, nampaknya para penjual smartphone tersebut optimis, bahwa masyarakat Indonesia juga tidak sabar untuk memiliki smartphone 5G. Namun sudah perlukah kita membeli smartphone 5G di Indonesia? Sebelum membahas lebih jauh, mari kita mengenal lebih dulu teknologi 5G.

Apa itu teknologi 5G?

Teknologi 5G adalah jaringan seluler generasi kelima yang menawarkan konektivitas internet lebih cepat dan andal daripada generasi sebelumnya. Teknologi ini mampu menghadirkan kecepatan internet hingga 1 Gbps. Secara sederhana, kita bisa mengunduh video beresolusi tinggi hanya dalam waktu beberapa detik saja.

Hal tersebut dibuktikan saat perusahaan operator seluler asal Amerika Serikat, Verizon, melakukan uji coba jaringan 5G di Minneapolis dan Chicago pada Mei 2019. Kecepatan internet yang diakses mampu menembus 1 Gbps. Namun akses internet super cepat tersebut tidak merata. Hanya di beberapa titik di Chicago, kecepatan internetnya bisa mencapai 1,385 Gbps.

Kemudian ada jenis kecepatan lain dalam 5G yaitu jeda pengiriman data atau latency yang lebih rendah. Jaringan 5G seharusnya menyediakan latensi satu milidetik atau kurang, dibandingkan dengan 20-70 milidetik yang ditawarkan jaringan 5G saat ini. Misalnya saat peluncuran 5G di Inggris pada akhir Mei 2019 oleh operator seluler asal Inggris, EE Limited, latency yang diterima sekitar 20 milidetik.

Hal ini menjadi perhatian karena semakin rendah latency, maka akan membantu pemrosesan data secara real time. Jaringan dengan latency rendah bermanfaat untuk perangkat yang membutuhkan perintah instan.

Contohnya seperti bermain video game yang didukung oleh layanan berbasis cloud, permainan akan menjadi lebih responsif. Jaringan 5G latency rendah juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan kendaraan tanpa sopir, robot bedah, live streaming VR, dan masih banyak lagi.

Indonesia berencana uji coba jaringan 5G pada 2020

Hadirnya teknologi 5G yang akan membawa banyak manfaat, akankah diterapkan Indonesia dalam waktu dekat? Ternyata tidak. Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan bahwa uji coba infrastruktur jaringan 5G di Indonesia baru akan berlangsung pada 2020 mendatang.

Uji coba itu pun masih terbatas pada sektor industri, dan belum menyasar konsumen pengguna smartphone. Salah satu kendalanya adalah biaya penyediaan jaringan 5G yang mahal dan belum sesuai dengan daya beli masyarakat.
"5G lebih feasible untuk segmen pasar enterprise atau bisnis seperti kawasan industri. Perhitungan mereka, walaupun cost naik, namun selama produktivitas dan revenue naik lebih cepat, masih tetap feasible," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat diwawancarai redaksi Tirto.id di Kementerian Keuangan, Selasa (26/2/2019).
Selain infrastruktur yang belum siap, smartphone dengan teknologi 5G juga masih sangat mahal. Ini karena smartphone perlu perangkat tambahan untuk mengakomodasi jaringan 5G. Hanya smartphone dengan tipe menengah ke atas yang akan memiliki teknologi ini. Misalnya saja seperti smartphone 5G pertama di dunia, Samsung Galaxy S10 5G yang dibanderol dengan harga termurah 1,39 juta won (Rp 17 juta).

Teknologi 5G masih dalam tahap penyempurnaan

Namun alasan yang lebih masuk akal untuk menunda pembelian smartphone 5G adalah teknologi ini belum sempurna. Teknologi 5G saat ini hanya bisa digunakan jika menggunakan sinyal gelombang milimeter atau millimeter wavelength (mmWave) dengan rentang frekuensi 24 GHz hingga 90 Ghz.

Perusahaan operator seluler asal Amerika Serikat, Verizon, merupakan yang pertama di dunia meluncurkan jaringan 5G menggunakan gelombang milimeter. Sayangnya frekuensi pada rentang tersebut sangat mudah terganggu.

"Pada frekuensi ini - seperti yang diusulkan 28 GHz dan 39 GHz - radio berperilaku berbeda. Gelombang milimeter ini jauh lebih mudah terhalang oleh dedaunan pohon dan tubuh Anda," ujar Saul Einbinder, VP Sprint Communications, seperti dikutip dari Forbes.com.

Frekuensi jaringan 5G yang mudah terhalang tentu hanya bisa diakses dengan mudah di luar ruangan. Sedangkan untuk akses sinyal 5G di dalam ruangan seperti rumah atau kantor, nantinya perlu perangkat khusus di luar ruangan sebagai penangkap sinyal. Namun lagi-lagi, pengembangan perangkat khusus tersebut tentu tidak akan tersedia dalam waktu dekat.

Bagaimana, masih tertarik untuk membeli smartphone 5G di Indonesia?

Komentar