Ini Bahaya Melakukan "Cyber Bullying" pada Kreator Tik Tok

Ilustrasi (Pixabay)

Siapa yang tak kenal Tik Tok? Aplikasi komunitas video kreatif yang kini digandrungi para remaja. Dengan aplikasi ini pengguna dapat bekreasi dengan merekam video selama 15 detik dan menghiasinya dengan berbagai musik, filter, dan efek-efek animasi lucu. Di Indonesia salah satu kreator Tik Tok yang cukup dikenal adalah Bowo Alpenliebe. Remaja 13 tahun ini sudah memiliki penggemar fanatik di media sosial.

Untuk menjalin kedekatan dengan penggemarnya, Bowo kemudian mengadakan acara meet and greet di Jakarta dengan biaya Rp 80.000. Dari dokumentasi penggemar Bowo yang tersebar di media sosial, acara tersebut ternyata sukses mengundang banyak orang dan menjadi viral. Sayangnya, sebagian warganet menanggapi acara tersebut sebagai sesuatu yang berlebihan karena harus memungut biaya. Kebanyakan mereka menilai tindakan Bowo "sok terkenal" hanya karena hit di aplikasi Tik Tok.

Namun yang membuat miris adalah ketidaksukaan warganet berujung dengan cyberbullying atau perundungan di dunia maya. Segala hal video tentang Bowo di media sosial dibanjiri komentar negatif yang menyudutkan dirinya.

Hingga akhirnya cyberbullying ini berdampak pada dirinya dan keluarga. Seperti dikutip dari Tribunnews, Jumat (29/6/2018), ibunda Bowo yang mengetahui komentar negatif anaknya di Facebook membuatnya menjadi khawatir. Dampaknya, ia memutuskan berhenti bekerja dari cleaning service demi menjaga anaknya. Bowo yang melihat ibunya bersedih di rumah juga akhirnya menjadi murung.

Tindakan cyberbullying yang dilakukan warganet terhadap Bowo sebenarnya sangat berbahaya. Sebab berdasarkan penelitian, cyberbullying dapat membuat anak muda cenderung untuk menyakiti diri sendiri atau mencoba bunuh diri.

Seperti dikutip dari laman Telegraph, para peneliti dari Universitas Oxford, Swansea, dan Birmingham memaparkan hasil penelitian tentang cyberbullying yang melibatkan lebih dari 150.000 orang berusia di bawah 25 tahun di 30 negara selama periode 21 tahun. Mereka menemukan bahwa cyberbullying meningkatkan risiko melukai diri sendiri atau perilaku bunuh diri hingga 2,3 kali.

Dari hasil tersebut, para peneliti melihat ada kebutuhan mendesak untuk pencegahan dan intervensi yang efektif dalam strategi bullying.

“Pencegahan cyberbullying harus dimasukkan dalam kebijakan anti-bullying di sekolah, bersama dengan konsep yang lebih luas seperti digital citizenship, dukungan teman sebaya secara online untuk korban, bagaimana pengamat elektronik dapat melakukan intervensi secara tepat; dan intervensi yang lebih spesifik seperti bagaimana menghubungi perusahaan telepon seluler dan penyedia layanan internet untuk memblokir, mendidik, atau mengidentifikasi pengguna,” terang Profesor Ann John, dari Swansea University Medical School, yang memimpin penelitian tersebut.

Salah satu contoh kasus cyberbullying yang mengakibatkan meninggal dengan bunuh diri adalah kasus bunuh diri Megan Taylor Meier. Remaja putri asal Missouri, Amerika Serikat ini meninggal bunuh diri karena cyberbullying yang dilakukan oleh Lori Drew yang merupakan orang tua dari teman Megan.

Lori membuat sebuah akun palsu bernama Josh Evans untuk melakukan bullying di akun jejaring sosial Megan karena ia marah anaknya disebut jelek dan lesbian. Akibat cyberbullying itu akhirnya Megan meninggal dengan gantung diri pada tanggal 17 Oktober 2006, tiga minggu sebelum hari ulang tahunnya yang keempat belas.

Kasus di atas hanyalah secuil contoh kasus dari cyberbullying yang berakhir dengan bunuh diri, sisanya tersebar di berbagai situs berita daring dengan korban dari berbagai Negara atau kota. Lalu bagaimana bila kita melihat perilaku cyberbullying di dunia maya?

Anda bisa menghentikan cyberbullying dengan menghentikan intimidasi dengan mengambil sikap menentangnya. Bila Anda mengenal korbannya, Anda dapat mendengarkan hal apa saja yang ia alami dan cari tahu bagaimana untuk membantunya.

Bila sudah terlampau parah libatkan keluarganya untuk mempertimbangkan apakah pelaku cyber bully perlu dilaporkan pada penegak hukum.

Namun jika Anda tidak mengenal korbannya, Anda bisa memberikan dukungan kepada korban dengan mengirim pesan positif supaya ia dapat teralihkan dari bullying dan bisa menghadapinya.

Dukungan lain juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan fitur "report" di media sosial dengan melaporkan konten yang bermuatan bullying. Bila diidentifikasi benar sebagai konten negatif (bullying), penyedia media sosial akan menghapus konten yang dilaporkan.

Komentar