Tanamera, Rumah Pecinta Biji Kopi Lokal

  Tanamera Coffee Thamrin (Foto: Lastboy Tahara .S)

Indonesia yang terdiri banyak pulau membuatnya kaya akan biji kopi yang beragam dan berkualitas. Sumatera adalah salah satu pulau yang masih memegang penghasil kopi terbanyak. Kopi Indonesia yang sudah dikenal hingga mancanegara antara lain Kopi Gayo, Kopi Malabar, Kopi Lampung, Kopi Bajawa, Kopi Toraja, dan Kopi Wamena.

Populernya kopi Indonesia di luar negeri kebanyakan berkat para pengusaha yang menyajikan kopi Indonesia di coffee shop atau kedai kopi ternama. Selain itu keikutsertaan biji kopi Indonesia dalam kompetisi kopi tingkat internasional juga cara cepat melambungkan nama biji kopi Indonesia. Berita terakhir adalah Tanamera Coffee yang berhasil membawa emas di ajang Australian International Coffee Award (AICA) pada Maret 2016 lalu dengan biji kopi Malabar Natural, biji kopi yang diperoleh dari Gunung Malabar, Jawa Barat.

Tanamera adalah perusahaan pemasar biji kopi sangrai dan kedai kopi yang menggunakan 100% biji kopi Indonesia. Perusahaan ini juga konsisten meraih penghargaan kopi tingkat internasional sejak 2015. Banyaknya prestasi yang pernah diraih membuat saya penasaran untuk mencicipi kopi mereka. Saya akhirnya mengunjungi kedai mereka di kawasan Thamrin. Ketika sampai di lokasi, dari luar kedai kopi ini tampak minimalis dengan pintu kaca dan teralis besi di belakangnya. Di depan bangunan yang serba hitam tersebut ada dua meja kecil di samping kanan dan kiri.

Ketika memasuki ruangan saya langsung dibukakan pintu dan disambut dengan kata “Morning!” oleh salah seorang karyawan, padahal saat itu sudah sore. Ternyata itu adalah kebiasaan mereka untuk bercanda dengan pelanggan, Anda datang malam pun tetap disambut “Morning!” sambil tersenyum. Karyawan mereka memang dikenal ramah terhadap pelanggan. Selain sapaan, saya juga disambut aroma kopi yang khas. Meja bar dan tempat barista meracik kopi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pintu masuk membuat aroma kopi mudah tercium.

Di belakang meja bar, saya melihat kantong biji kopi berwarna merah berjejer rapi di dinding. Di sini tersedia banyak pilihan single origin, misalnya Mandheling, Aceh Gayo, Malabar Natural, Papua Wamena, dan lain-lain.  Namun tidak semuanya tersedia di waktu bersamaan, karena masa panen dan distribusi tiap daerah berbeda-beda.

Tak lama kemudian saya bertemu dengan Septian Hadi, karyawan Tanamera bagian logistik. Dia adalah pria yang bertanggungjawab untuk memastikan ketersediaan biji kopi, baik untuk operasional kafe atau dijual kepada pelanggan. Selain itu ia juga dituntut untuk paham karakteristik rasa biji kopi, karena ia harus menuliskan tasting note pada kemasan biji kopi yang akan dijual. Tasting note sangat diperlukan agar pelanggan dapat mengetahui rasa biji kopi setelah diolah, misalnya Citrus, Spicy Notes, Butterscotch, Palm Sugar, Lime Acidity, dan yang lainnya.

Dalam perbincangan saya dengan Septian Hadi, ia menjelaskan bahwa Tanamera menggunakan biji kopi segar yang langsung diambil setelah proses roasting. Hal ini bisa dilakukan karena mereka memiliki mesin roaster sendiri.

“Tag line kita kan fresh roast artisant, kita memanggang kopi segar. Kalau di tempat lain jarak antara roasting sama dijual itu agak jauh waktunya, bisa seminggu atau dua minggu. Kopi terbaik itu dipakai minimal 3 sampai 5 hari setelah roasting. Kita saat itu roasting, packing, langsung kita jual.” Ucap pria yang akrab disapa Hadi tersebut.

Berbicara tentang biji kopi, ia juga menjelaskan tentang biji kopi yang baik. Menurutnya biji kopi yang baik secara visual tidak cacat atau gompal. Terakhir, proses roasting sangat menentukan kualitas biji kopi karena dapat mempengaruhi rasa dan tekstur.

“Kualitas juga bergantung pada proses roasting. 80% kopi yang disajikan tergantung proses roasting, 20% tergantung pasca panen.” Ucapnya.

Asik berbincang-bincang rupanya juga membuat saya kurang afdol bila tidak ditemani secangkir kopi. Di sana saya mencoba secangkir cafe latte. Rasa kopinya lebih strong, sedangkan rasa manis dari susu hanya terasa sekilas saja. Takaran mereka dalam membuat cafe latte saya rasa sudah pas. Berbeda dengan cafe latte yang pernah saya coba sebelumnya yang terasa lebih manis, kurang menonjolkan rasa kopi.

Selain cafe latte, mereka juga menyajikan single origin dengan beragam pilihan. Banyaknya pilihan membuat saya penasaran single origin mana yang menjadi favorit pelanggan selama ini. Menurut Hadi, Rasuna Natural dari Sumatera adalah yang paling banyak dicari. Ada pula single origin yang menjadi favorit namun susah tersedia adalah Papua Wamena.

“Rasuna Natural dari Sumatera punya rasa manis dan fruity, rasanya dapet. Aroma dan after taste enak. Itu yang paling diincer, untuk single origin ya. Kalau paling susah didapatkan itu Papua Wamena, karena lokasi terlalu jauh dan mungkin di sana belum banyak perkebunan kopi. Belum banyak supplier.” Ungkap Hadi.

Perbincangan tentang kopi ini membuat saya puas, rasanya semakin utuh bila menikmati kopi sambil mengenali kopi lebih dalam. Menurut saya, salah satu cara sederhana mencintai kopi adalah tahu asal biji kopi yang diminum. Karena saya belum begitu ahli dalam mengidentifikasi rasa kopi dan langsung mengetahui jenis kopi yang digunakan.

Usai ngobrol asik tentang kopi, saya mengusapkan pandangan ke sekeliling ruangan. Di bagian belakang terdapat mesin roaster yang lumayan besar. Saya rasa ruangan ini akan penuh oleh aroma kopi bila mesin dioperasikan. Sedangkan di paling ujung terdapat tangga yang menghubungkan bar ke lantai selanjutnya. Rupanya Tanamera Thamrin ini setinggi 3 lantai, saya kira hanya terdiri 1 atau 2 lantai mengingat kecilnya bangunan yang digunakan.

Di lantai 2 hanya ada dapur dan tempat untuk mengemas biji-biji kopi. Kemudian lantai 3 terdapat beberapa mesin espresso dan alatmanual brew berjejer rapi di sudut ruangan. Di bagian dinding tergantung papan-papan yang berisi informasi tentang Biji Kopi, Brewing Control Chart, dan The Art of Aroma Perception in Coffee. Rupanya tempat ini digunakan untuk kelas Barista. Hadi menjelaskan kelas Barista di Tanamera berlangsung selama 4 hari dan dibuka untuk umum. Namun bila tidak ada kelas, ruangan tersebut bisa digunakan pelanggan untuk sekedar menikmati kopi atau melihat-lihat alat pembuat kopi.

Komplitnya bisnis mereka yang serba kopi, membuat masyarakat dapat mengenal kopi cukup di satu tempat. Hal itu bisa dilihat dari bisnis mereka mulai dari menjual kopi sangrai, kedai kopi, dan kelas Barista. Tanamera seakan menjadi rumah bagi pecinta kopi.

Komentar