Berbekal Bolpoin, Seniman Ini Mampu Membuat Lukisan Abstrak Berkelas

Salah satu Karya Widi S. Martodiharjo yang menggunakan bolpoin (Sumber Gambar: Booklet BBJ)

Di bulan Oktober 2016 lalu saya berkesempatan mengunjungi Pameran Seni Rupa bertajuk 'In Between' karya Widi S. Martodiharjo di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Ia adalah seniman muda kelahiran 10 Maret 1975, menyelesaikan studi di Universitas Pasundan Bandung. Saat ini ia menetap di Bali dan memiliki studio di daerah Ubud.

Di BBJ ia menampilkan lukisan abstrak yang sebagian besar dibuat dengan bolpoin. Untuk tema lukisan, makna 'In Between' secara harafiah adalah jarak antara. Kaitannya dengan visualisasi karyanya yang berbentuk abstrak, ia mengatakan ingin membuat sesuatu yang memiliki 'jarak' menjadi lebih dekat. Secara khusus karyanya adalah hubungan Tuhan, Manusia dan Alam.

“Itu sebenarnya menjadi metode saya pendekatan dengan apa dan siapa pun, termasuk dengan Tuhan. Tetapi ada bagian-bagian juga dalam visualnya itu hubungan saya dengan Tuhan itu saya wujudkan dalam karya-karya tadi (ada) orang bersujud. Secara tangkapan mata mudah sekali diterjemahkan sebagai ibadah. Sebenarnya menurut saya fungsi ibadah itu In Between. Kita kan dengan Tuhan sangat berjarak, tidak tahu berapa panjang. Tapi itu bisa dekat ketika kita sedang melakukan sebuah ibadah. Ritual keagamaan apapun,” papar Widi S. Martodiharjo dalam wawancara di Bentara Budaya Jakarta.

Widi S. Martodiharjo (Sumber Foto: Instagram @wdsmartodihardjo)

Sedangkan penggunaan bolpoin sebagai alat lukis berawal dari kejenuhannya bekerja sebagai ilustrator yang selalu menggunakan pensil untuk menggambar. Ia ingin sesuatu yang anti-mainstream. Menurutnya pola pikir manusia saat ini, bila diberi pensil biasanya digunakan untuk menggambar, dan bila diberi bolpoin biasanya digunakan untuk menulis. Maka dari itu lah ia ingin melukis dengan alat yang berbeda, yaitu dengan bolpoin. Ia juga menggunakan kertas coklat pembungkus makanan sebagai pengganti kanvas di sebagaian besar lukisannya.

“Aku sudah mengalami kejenuhan yang luar biasa. Anti-mainstream katakanlah seperti itu. Ketika orang menggambar kok masih pakai pensil terus, pensil warna terus. Sekarang sampean tak kasih pensil pasti nggak nulis, pasti nggambar. Sampean tak kasih bolpoin pasti nulis. Padahal tiap hari dipegang,” ucapnya.

Lukisan abstraknya yang menggunakan bolpoin sebenarnya bukan hanya soal unik dan keindahan, tapi ia juga ingin mengangkat karya berbentuk on paper di Indonesia. Menurutnya masih jarang pencinta seni di Indonesia mengoleksi karya on paper karena sulit untuk dijual. Dengan karya ini ia ingin membuktikan bahwa karya on paper masih bisa dijual. 

Sebagian karya Widi di Bentara Budaya Jakarta (Foto: Lastboy Tahara .S)

"Jarang kolektor, pencinta seni, museum, mengkoleksi karya on paper. Alasannya, nggak salable. Makin digituin, saya makin semangat bikin di atas kertas. Saya ingin membuktikan omongan orang-orang itu. Bisa dijual kok, dan masih ada yang laku," ungkapnya.

Dengan menggunakan bolpoin, Widi dalam 1 bulan bisa menghasilkan 2 karya ukuran besar. Sedangkan karyanya yang paling lama dibuat adalah lukisan berjudul 'Semesta Raya' yang berukuran raksasa 2,4 meter x 9 meter. Ia menyelesaikan lukisan tersebut selama 8 bulan, dibuat pertama kali di Bali dan diselesaikan di Cinere.

Bagi Anda yang ingin menyaksikan karya-karya Widi, Anda masih bisa mengunjungi pamerannya di Bentara Budaya Jakarta hingga tanggal 29 Oktober 2016. Pameran ini buka dari pukul 10.00 WIB hingga 18.00 WIB. Anda juga bisa bertemu dengan Widi di ruang pameran dan mengobrol langsung dengannya.

Komentar

  1. wah sy bukan ahli lukis ya, kalau yg abstrak aku suka gak bisa mengartikan lukisan , apa yg dilukis pelukisnya

    BalasHapus

Posting Komentar